Selesai sidang kelulusan itu gak enak.
Kenapa gue bisa bilang begitu? karena setelah selesai sidang, gue bingung harus apa. Rasanya kayak disamperin sama realita dengan tulisan "Welcome to the real world" dipajang gede-gede khusus untuk nyindir gue. Banyak hal yang gue pikirin beberapa hari terakhir ini, sampe susah tidur. Berbagai macam pertanyaan mondar-mandir di otak gue. "Lulus kuliah mau ngapain?" "Lanjut kuliah atau kerja?" "Mau jadi apa gue?" "Kalau lanjut kuliah, dimana?" "Kalau kerja juga dimana?" dan sejuta pertanyaan lainnya. Gue pribadi masih punya sifat kekanak-kanakan banget. Maunya main terus. Sampe suatu saat gue sadar, gue belum bisa ngasih apa-apa ke bokap gue. Gue mati-matian nyari beasiswa dari D3 ke S1 di luar negeri. Hasilnya? nihil. Sebagian besar beasiswa cuma untuk program S1, gak ada untuk ekstensi. Sekalipun gue mau ngejar kuliah lagi di luar negeri, biayanya mahal banget, bahkan dua ginjal gue gak sanggup buat nutupinnya. Gak lucu banget kan lulus kuliah tapi organ dalam ludes semua karena dijualin?
Pilihan gue beralih ke karir. Lulus kuliah fokus bangun karir. Pikiran gue secara otomatis mengajukan satu pertanyaan "Apa ya cita-cita gue dari dulu?" dan rasanya kayak hati gue yang jawab dengan refleks "Detektif. Atau penulis". Gue tau jadi detektif cewek di Indonesia hanya dengan modal nonton CSI, NCIS, Criminal Minds, Law and Order dan segudang film detektif lainnya bisa dibilang nyaris mustahil. Sekalipun gue nonton film-film itu hampir setiap hari sampe juling. Karena itu, gue pilih opsi kedua: jadi penulis. Spesifikasinya penulis skenario. Saat ini, saat gue nulis post ini, gue lagi berpikir keras gimana caranya jadi penulis skenario yang keren. Dan otodidak. Dan belum pernah punya tulisan bagus sebelumnya. Dan baru mau mulai nulis serius di umur yang udah kepala dua. Hampir lulus kuliah.
Awalnya gue masih belum yakin dengan cita-cita gue untuk jadi penulis karena gue emang suka excited mendadak, abis itu biasa aja. Selain itu, gue emang hobi baca, tapi tulisan gue ancur. Bahkan struktur kalimat sesederhana SPOK aja kadang masih berantakan. Peduli setan, gue tetep nyoba untuk nulis. Berawal dari hampir setiap hari update status di Facebook, ngepost di Twitter sampe 500 twit perhari (lebay deng) tapi banyak lah intinya, sampe gue bikin blog untuk curhat. Makin lama tulisan gue membaik. Tapi sayangnya, sampe saat ini, gue belum pernah menghasilkan tulisan yang layak terbit. Gue juga gak pernah usaha ngirim naskah ke penerbit-penerbit. Sedangkan sebagian besar penulis yang gue tau, udah mulai nulis dari masih duduk di bangku sekolah. Karya mereka udah pernah diterbitin sekalipun di majalah atau koran yang gak terkenal. Gue merasa tulisan gue masih jauh dari kata bagus. Meskipun tulisan gue yang berisi curhatan tentang kisah cinta mengenaskan di blog ini dapet banyak pujian dari orang-orang yang baca. Meskipun beberapa dari mereka bilang gue berbakat dalam hal menulis. Tapi gue gak merasa kayak gitu. Gue pun mengalami dilema. Lagi.
Kadang, gue super yakin dengan cita-cita gue untuk jadi penulis. Gue hobi baca dan curhat di blog ini dalam bentuk puisi dan tulisan sampah tentang kisah cinta yang gak kalah sampah tapi berhasil menghibur pengunjung blog gue. Ditambah dengan kalimat "Kamu jadi penulis aja, Kak." dan "Mi, lo kayaknya cocok jadi penulis, soalnya imajinasi lo luas." terus "Kamu berbakat loh dalam menulis." juga kalimat "Cerita lo kocak banget, bagus, seriously berbakat." yang keluar dari mulut empat orang yang berperan penting di hidup gue. Tapi di sisi lain, gue sering gak percaya diri. Gue sering mikir "Mungkin gak ya, gue bisa jadi penulis buku sebagus Tere Liye?" atau "Jadi penulis skenario sekeren Jenny Jusuf susah gak ya?" Level dua orang penulis itu jelas jauh di atas gue. Perjuangan mereka panjang. Dan mereka kerja keras untuk bisa sampe dititik sukses kayak sekarang. Sedangkan gue sekarang masih penuh keraguan dan gak tau harus mulai darimana. Terlalu banyak buang waktu. Bodoh. Tapi apapun yang terjadi, gue harus coba mati-matian ngejar cita-cita gue, karena emang gak ada lagi yang bisa gue lakuin sekarang. Gue gak mau punya pikiran "yang penting dapet kerja" setelah lulus. I desperately want to love my job. And I love to write. So, gue ingin menjadikan menulis sebagai hobi yang dibayar. Sebagai pekerjaan jangka panjang gue. I know it would be a long journey, I need to start right away.
"I write because I must. It's not a choice or a pastime, it's an unyeilding calling and my passion." -Elizabeth Reyes


